Dalam Sukar Aku Tegar - GBKP Njayo ( Bahan PA Permata 14 - 20 Juli 2019 )


Bahan Bimbingan PA Permata 14 - 20 Juli 2019
GBKP Njayo

Nas : Habakuk 3:17-19
17. Meskipun pohon ara tak ada buahnya
dan pohon anggur tak ada anggurnya,
biarpun panen zaitun menemui kegagalan
dan hasil gandum di ladang mengecewakan,
walaupun domba-domba mati semua
dan kandang ternak tiada isinya,
18. aku akan gembira selalu,
sebab Engkau Tuhan Allah penyelamatku.
19. Engkau memberi aku kekuatan
seperti kaki rusa, kakiku Kaukokohkan.
Engkau membimbing aku supaya aman
waktu berjalan di pegunungan.
Tema : Dalam Sukar Aku Tegar

Agar PERMATA GBKP:
  1. Tetap tegar walaupun dalam keadaan sukar
  2. Mengandalkan Tuhan dalam setiap kesukaran hidup.
Metode: Diskusi 

I. PENDAHULUAN 
Setiap manusia menginginkan apapun yang diperlukannya ada. Siapapun manusia di dunia ini termasuk orang Kristen tidak menyukai masa sukar dalam hidupnya. Masa sukar banyak membawa tekanan psikologis yang hebat, membuat orang kehilangan semangat dan motivasi dalam hidupnya. Beberapa hal yang dapat digolongkan dengan masa sukar adalah: usaha gagal yang mengakibatkan krisis ekonomi, kehilangan pekerjaan, sakit berkepanjangan, bencana alam, masalah keluarga dan yang lainnya.

II. ISI 
Habakuk hidup pada zaman dimana bangsa Israel ditindas oleh musuh-musuhnya. Habakuk menyaksikan negerinya yang hancur, orang benar ditindas, hukum tidak berjalan, kelaliman dan kekerasan merajalela. ( 1:1 - 4 ). Sementara orang fasik seakan-akan hidup damai. Tidak mudah bagi bangsa Israel mempertahankan imannya. Sepanjang waktu Habakuk berdoa menjerit kepada Tuhan atas situasi yang terjadi, sambil tetap beriman teguh / memelihara dan menjaga imannya kepada Tuhan. Habakuk dalam mempergumulkan kesukarannya kepada Tuhan sampai pada kesimpulan bahwa sekalipun apa yang saya perlukan dalam hidup ini tidak ada saya tetap bersorak-sorai kepada Allah. Dalam pertumbuhan iman memang banyak muncul pengujian yang bertujuan untuk membawa mereka kepada kedewasaan iman yang benar. Bahkan ketika lambang kemakmuran berupa pohon ara, anggur, zaitun, ladang, kumpulan kambing domba dan lembu sapi tidak menghasilkan, tetapi hal tersebut tidak membuat Habakuk putus asa karena imannya memampukannya untuk memahami bahwa tak satupun dari hal tersebut dapat dibandingkan dengan sukacita yang datang dari Allah yang hidup.
Kata kunci menghadapi kesukaran adalah :
  1. Bersorak-sorak dalam Tuhan.
  2. Beria-ria di dalam Tuhan. Mencari kehendaknya dalam kesukaran. Tuhan kekuatan kita.
  3. Berharap kepada Tuhan. Kita hanya akan melihat pertolongan Tuhan dalam perjalanan hidup kita.
III. APLIKASI
Minggu ini kita mensyukuri GBKP njayo 78 tahun. Suasana Perang Dunia II membuat hubungan zending dan Belanda semakin sulit khususnya dalam bidang dana. Hal ini menuntut tokoh-tokoh Kristen Karo untuk belajar dan menjadi mandiri sebagai gereja. Langkah awal menuju kemandiriaan diperlukan sebuah konsep Tata Gereja.

Zendeling NZG yang ada di Karo, yaitu Muijlwijk menugaskan Pdt. W.A. Smith pada tahun 1940 mempersiapkan Tata Gereja Kristen Karo. Zending NZG mengirim konsep Tata Gereja tersebut kepada Zending Consulaat untuk dikoreksi. Pada tanggal 28 Mei 1941 Zending Consulaat mengirim tentang konsep Tata Gereja ( Kerkorde van de Protestantsche Karo Bataksche Kerk Gredja Batak Karo Protestant ) kepada A.J. Rasker ahli Tata Gereja yang pada saat itu bertugas sebagai Dosen di STT Jakarta untuk dikoreksi. Konsep tersebut akhirnya diberikan saran atau nasihat oleh A.J. Rasker pada tanggal 24 juni 1941 dengan judul: Advies Betreffende de Concept-Kerkorde van de Protestantsche Karo-Bataksche Kerk Geredja Batak Karo Protestant. Secara umum A.J. Rasker menyetujui pikiran dasar konsep Tata Gereja tersebut walaupun masih kurang baik secara formal ( terminologis dan gaya ) maupun menurut Hukum Gereja. Rasker memiliki kesan bahwa kurang memperhatikan Tata Gereja yang sudah ada dari Gereja-gereja muda lainnya, seperti di Jawa Timur, yang telah dikembangkan jauh lebih baik. Rasker juga memberi saran atas urutan-urutan isi Tata Gereja yang terdiri dari 7 bagian, yaitu: Bagian Pengantar, tentang Gereja, tentang Majelis Gereja, tentang Klasis, tentang Sinode, tentang Pendidikan Pemimpin Jemaat, tentang Hubungan Keuangan dan tentang Peninjauan. Menurut pengamatan Zakaria Ngelow, seorang teolog dan pemerhati eklesiologi, tulisan Rasker ini pada dasarnya bukan Tata Gereja, melainkan usul-usul terkait konsep Tata Gereja GBKP yang langsung dipakai saja sebagai aturan. Namun kemudian usulan-usulan ini dalam sejarah gereja GBKP dikenal sebagai Tata Gereja GBKP yang pertama. Hal ini dapat dipahami mengingat situasi yang sangat mencemaskan pada saat itu serta keterbatasan sumber daya manusia dalam memikirkan dan merumuskan Tata Gereja.

Ketika kondisi semakin terdesak maka diadakanlah Sidang Sinode I pada hari Senin-Rabu, tanggal 21-23 Juli 1941 di Sibolangit. Sidang ini juga berhasil mengambil beberapa keputusan yang sangat penting, antara lain: pemilihan Pimpinan Sinode, menetapkan Tata Gereja I masih tertulis dalam bahasa Belanda, peralihan tembaga gereja dari NZG kepada Gereja Batak Karo Protestan, sebagaimana aliran Calvinis, Gereja Batak Karo Protestan menganut bentuk dan susunan gereja secara Presbiterial Sinodal.

Sidang Sinode pertama tanggal 23 Juli 1941 di Sibolangit ini merupakan proklamasi kemandirian GBKP, namun realisasi kemandirian dari pengaruh NZG itu sendiri belum sepenuhnya berlangsung. Kemandirian yang dicanangkan masih dalam proses meninggalkan pengaruh kebelandaan. Walaupun demikian tanggal ini merupakan tonggak penting dalam sejarah GBKP, memberi kesadaran baru bagi tokoh-tokoh Kristen Karo untuk belajar tentang bagaimana arti bergereja dan menata organisasi gereja. Periode kemandirian ini ditandai dengan situasi sulit karena terjadi pergolakan global dalam suasana Perang Dunia II.

Teks ini mengajarkan kepada kita agar bersukaria dalam Allah walaupun setiap segi kehidupan kita menjerit karena kesukaran. Karena sesungguhnya Allahlah yang berada di balik jalan sejarah kehidupannya, la tahu kemana sejarah akan berakhir.

IV. DISKUSI
  1. Dalam sukar aku tegar. Bagaimana hal ini dapat diimplementasikan dalam hidup PERMATA GBKP? (Bandingkan Nas Habakuk 3 : 17 - 19)
  2. Saat situasi semakin tedesak dan terjadi kecemasan akibat pergolakan global Perang Dunia II, GBKP justru Njayo ( berdiri sendiri dan belajar tentang bagaimana bergereja ) 23 Juli 1941. Apa arti GBKP njayo 78 tahun yang lalu bagi GBKP masa kini?
V. USULAN LAGU
  1. KEE GBKP No. 220 ( Suan Kol ) ( KLIK JUDUL KEE UNTUK MELIHAT LIRIK )
  2. KEE GBKP No. 287 ( Kune Bas Geluhta Nara Reh Nderpa )
  3. Allah Peduli ( KLIK JUDUL LAGU UNTUK MELIHAT LIRIK )

Pdt. Berthalyna Br. Tarigan, M. Th

-------------------------------------------

Band. E.P. Gintings, Sejarah Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), Medan: EL Penampat Gerafindo, 2015, 106.
Zending Consulaat adalah lembaga perantara antara zending dengan pemerintah Hindia Belanda. Zending Consulaat juga berhak menyatakan Gereja yang berdiri sendiri sehingga atas pernyataan Zending Consulaat tersebut Pemerintah Hindia Belanda menyatakan sebuah gereja yang berbadan hukum melalui lembaran negara (staatblad). Band. F. Suleeman dan Ioanes Rakhmat ( Penyunting ), Masihkah Benih Tersimpan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990, 96

Konsep Tata Gereja yang dikirim kepada Zending Consulaat, Advies A.J. Rasker serta terjemahannya diterima penulis pada tanggal 19 April 2018 dari Cl. Pdt. S. Jonathan Meliala yang diambil di Pusat Dokumentasi Sejarah Gereja di Indonesia ( PDSGI ) Jakarta atas izin Pdt. Yusak Soelaiman yang secara langsung mendapatkannya dari Prof. Leo Koffeman, seorang ahli Hukum Gereja dan Oikumenika di Kampen-Belanda. S.Jonathan Meliala & Berthalyna Br Tarigan, Presbiterial Sinodal, Jakarta: Praninta Aksara, 2016, 173-174. 12 P. Sinuraya, Diakonia GBKP 3, Diaken, t.t.p, t.p., 1989, hlm. 80, band: Moderamen GBKP: Buku Panduan Sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) PGI, Sukamakmur: Moderamen GBKP, 1998, 3-4.

Gereja Batak Karo Protestan yang baru mandiri ini terpukul dengan kedatangan Jepang pada bulan Maret 1942 ke Sumatera Timur. Semua orang Belanda termasuk missionaris ditahan, sehingga tinggal pada saat itu hanya 2 pendeta, 35 orang Guru Agama ditambah beberapa Pertua yang melayani jemaat. Hal ini membuat pembinaan zending terhadap orang Karo menjadi terbengkalai, yang menuntut GBKP harus mengembangkan dirinya. Dan untuk mengatasi berbagai kesulitan yang ditimbulkan pendududkan Jepang, maka pada tanggal 29 September 1943 diadakan Sidang Sinode GBKP II di Kabanjahe, memutuskan antara lain Tata Gereja GBKP diterjemahkan ke dalam bahasa Karo serta pemilihan Pengurus Moderamen Baru yang diketuai oleh Pdt. Thomas Sibero. Sehingga ada beberapa pendapat yang mengatakan kemandirian dalam pengertian kebebasan dari "kebelandaan" baru terjadi pada Sinode GBKP yang ke II ini. Bandingkan, P. Diakonia Karitatip, t.t.p., 1992, 66-67.


0 Response to "Dalam Sukar Aku Tegar - GBKP Njayo ( Bahan PA Permata 14 - 20 Juli 2019 )"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel