He Is My Superdad - HUT Mamre GBKP ( Bahan PA Permata 18 - 24 Agustus 2019 )
Bahan Bimbingan PA Permata 18 - 24 Agustus 2019
"HUT Mamre GBKP"
Nas : Lukas 15:11-32
Anak yang hilangTema : He is my Superdad
11. Yesus berkata lagi, “Adalah seorang bapak yang mempunyai dua anak laki-laki.
12. Yang bungsu berkata kepadanya, ‘Ayah, berilah kepadaku sekarang ini bagianku dari kekayaan kita.’ Maka ayahnya membagi kekayaannya itu antara kedua anaknya.
13. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual bagian warisannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan uangnya dengan hidup berfoya-foya.
14. Ketika uangnya sudah habis semua, terjadilah di negeri itu suatu kelaparan yang besar, sehingga ia mulai melarat.
15. Lalu ia pergi bekerja pada seorang penduduk di situ, yang menyuruh dia ke ladang menjaga babinya.
16. Ia begitu lapar sehingga ingin mengisi perutnya dengan makanan babi-babi itu. Walaupun ia begitu lapar, tidak seorang pun memberi makanan kepadanya.
17. Akhirnya ia sadar dan berkata, ‘Orang-orang yang bekerja pada ayahku berlimpah-limpah makanannya, dan aku di sini hampir mati kelaparan!
18. Aku akan berangkat dan pergi kepada ayahku, dan berkata kepadanya: Ayah, aku sudah berdosa terhadap Allah dan terhadap Ayah.
19. Tidak layak lagi aku disebut anak Ayah. Anggaplah aku seorang pekerja Ayah.’
20. Maka berangkatlah ia pulang kepada ayahnya.
Masih jauh dari rumah, ia sudah dilihat oleh ayahnya. Dengan sangat terharu ayahnya lari menemuinya, lalu memeluk dan menciumnya.
21. ‘Ayah,’ kata anak itu, ‘aku sudah berdosa terhadap Allah dan terhadap Ayah. Tidak layak lagi aku disebut anak Ayah.’
22. Tetapi ayahnya memanggil pelayan-pelayannya dan berkata, ‘Cepat! Ambillah pakaian yang paling bagus, dan pakaikanlah kepadanya. Kenakanlah cincin pada jarinya, dan sepatu pada kakinya.
23. Sesudah itu ambillah anak sapi yang gemuk dan sembelihlah. Kita akan makan dan bersukaria.
24. Sebab anakku ini sudah mati, sekarang hidup lagi; ia sudah hilang, sekarang ditemukan kembali.’ Lalu mulailah mereka berpesta.
25. Sementara itu, anak yang sulung ada di ladang. Ketika ia pulang dan sampai di dekat rumah, ia mendengar suara musik dan tari-tarian.
26. Ia memanggil salah seorang dari pelayan-pelayannya, lalu bertanya, ‘Ada apa ini di rumah?’
27. Pelayan itu menjawab, ‘Adik Tuan kembali! Dan ayah Tuan sudah menyuruh menyembelih anak sapi yang gemuk, sebab ia sudah mendapat kembali anaknya dalam keadaan selamat!’
28. Anak yang sulung itu marah sekali sehingga ia tidak mau masuk ke rumah. Lalu ayahnya keluar dan membujuk dia masuk.
29. Tetapi ia berkata, ‘Bertahun-tahun lamanya aku bekerja mati-matian untuk Ayah. Tidak pernah aku membantah perintah Ayah. Dan apakah yang Ayah berikan kepadaku? Seekor kambing pun belum pernah Ayah berikan untuk aku berpesta dengan kawan-kawanku!
30. Anak Ayah itu sudah menghabiskan kekayaan Ayah dengan perempuan pelacur, tetapi begitu ia kembali, Ayah menyembelih anak sapi yang gemuk untuk dia!’
31. ‘Anakku,’ jawab ayahnya, ‘engkau selalu ada di sini dengan aku. Semua yang kumiliki adalah milikmu juga.
32. Tetapi kita harus berpesta dan bergembira, sebab adikmu itu sudah mati, tetapi sekarang hidup lagi; ia sudah hilang, tetapi sekarang telah ditemukan kembali.’ ”
Agar PERMATA GBKP:
- Memaknai peranan bapa sebagai role model sesuai nas
- Menerima dan menghargai keberadaan bapanya sendiri sebagai bapa dan Mamre yang baik
Metode: Aksi HUT
I. PENDAHULUAN
Perumpamaan ini berkisah tentang hubungan bapa-anak ( sonship ). Di sini digambarkan kasih Allah yang adalah sebagai bapa yang begitu nyata terhadap anaknya, yang dalam hal ini disebutkan dengan anak yang bungsu dan sulung, yang dalam artian luas adalah manusia yang mempunyai beragam karakter dan kepribadian, namun Dia tetap tampil menyikapinya sebagai Bapa dengan belas kasihan yang sangat besar ( atau bisa disebut seperti tema kita superdad = ayah / bapa yang super / mantap / luar biasa / berkualitas ). Kita akan membahasnya lebih dalam dari PA ini dalam rangka menyemangati HUT Mamre GBKP ke-24.
IL ISI
Nas renungan ini panjang dan maknanya juga sangat luas, maka sebaik dalam pembahasan, kita akan pusatkan saja seputar karakter bapa yang dalam teks ini diperankan oleh Allah sendiri yang penuh dengan belas kasihan, yang mana dapat kita jadikan sebagai role mode ( profil ) bapa ( Mamre ) yang ideal di tengah keluarga, gereja dan masyarakat. Ringkasan kisahnya adalah sebagai berikut: perumpamaan ini mengisahkan tentang seorang ayah yang memiliki dua anak, yang dalam teksnya disebut sebagai si sulung dan si bungsu. Si anak bungsu meminta bagian harta miliknya kepada ayahnya, dan kemudian pergi ke luar negeri. Anak bungsu itu memboroskan miliknya hingga is jatuh miskin. Menurut Hukum Yahudi, seorang ayah dapat membagikan hartanya melalui surat wasiat ketika ia masih hidup, namun pelaksanaannya harus dilakukan setelah ia meninggal. Akan tetapi, ia bisa juga melakukan pemberian harta ketika ia masih hidup, dengan konsekuensi bahwa anak-anak yang mengambil haknya sebelum waktunya akan dikenakan denda. Menurut Ulangan 21:17, seorang anak sulung berhak memperoleh 2/3 dari kekayaan keluarga, sedangkan si bungsu mendapatkan 1/3 bagian. Dalam perumpamaan ini, si anak bungsu meminta bagian harta milik yang menjadi haknya dan ayahnya kemudian membagi-bagikan harta itu kepada kedua anaknya. Dengan menerima pembagian harta ini, masing-masing anak sudah disebut sebagai pemilik, namun sebetulnya harta itu baru boleh diambil setelah ayahnya meninggal. Ayah itu tetap berkuasa atas hartanya, yang dalam perumpamaan ini terlihat ketika ia berbicara tentang "kepunyaanku" ( Luk 15:31 ). Dengan meminta harta bagiannya, si anak bungsu ini memutuskan diri dari ikatan keluarga itu, meninggalkan rumahnya, ayahnya dan kakaknya. Terlihat bahwa kecil sekali harapan bagi anak ini untuk kembali pulang ke rumah ayahnya.
Anak bungsu itu kemudian menjual seluruh bagiannya itu dan pergi ke negeri yang jauh. Intinya, anak itu sebetulnya menukarkan bagian harta warisannya dengan uang tunai. Dalam adat Yahudi, seorang anak laki-laki wajib mengabdi pada ayahnya dan tidak boleh meninggalkan rumah ayahnya hingga ayahnya meninggal dunia. Dengan meninggalkan ayahnya dan berangkat ke negeri yang jauh, anak bungsu ini sebetulnya telah berdosa. Kakaknya menunjukkan ketaatan dan pengabdian kepada ayahnya dengan tetap tinggal bersama-sama dengan ayahnya. Kemanakah si bungsu itu melangkahkan kakinya? Tidak dijelaskan dalam perikop ini. Kemungkinan ia pergi ke wilayah asing, tempat banyak orang Yahudi merantau. Diceritakan bahwa anak ini memboroskan harta miliknya dan berfoya-foya di negeri itu hingga hartanya habis dan ia akhirnya hidup melarat setelah muncul masa kelaparan di negeri itu. Dalam keadaan terpaksa, ia bekerja sebagai penjaga babi, suatu hal yang dianggap najis oleh orang Yahudi (Im 11:7; U1 14:8; 1 Mak 14:7). Menjaga babi menunjukkan kemurtadan dari Hukum Taurat, dan ia tidak layak lagi untuk menjadi anggota bangsa Yahudi dan umat Allah. Dalam kondisi kelaparan, ia ingin mengisi perutnya dengan ampas makanan babi (kulit kacang-kacangan), namun tidak ada yang memberikannya. Ini menunjukkan bahwa derajatnya menjadi amat rendah, sangat rendah hingga ia tidak layak lagi meskipun untuk hanya memakan ampas makanan babi, dan akhirnya memutuskan untuk pulang kembali ke rumah ayahnya. Ayahnya menyambut anak itu dengan sukacita dan belas kasihan ( ay.20 ), namun anak sulung ayah itu merasa iri dengan perlakuan ayahnya kepada adiknya. Di akhir kisah, sang ayah menjelaskan kepada anak sulungnya bahwa anak sulung itu tidak kurang dikasihi dibandingkan dengan anak bungsunya. Ayahnya juga memberi pengertian bahwa kedatangan adiknya ini harusnya disambut dengan sukacita, karena adiknya yang telah diangap hilang, sekarang sudah kembali lagi dalam rumah mereka.
Bagaimana Allah menyikapi dan merespon kedua anakNya ini: Di dalam ay. 20 di sebutkan .....ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan... kata 'belas kasihan' dalam bahasa Yunani yang diterjemahkan splagnizomai berasal dari kata Yunani splagnon yang berarti bagian dalam dari tubuh, seperti jantung, hati atau paru-paru. Itu semua disebut splagnon bagian dalam dari tubuh seseorang. Jadi kata ini bermakna bahwa Allah menyayangi anakNya dari lubuk hati-Nya yang terdalam sebab bagian dari dalam tubuhNya. Suatu ungkapan perasaan yang sangat dalam. Kata ini hanya dipakai jika bermaksud untuk mengungkapkan perasaan yang terdalam, bukan sekadar rasa sayang saja. Dan kata ini dipakai di dalam perumpaman kali ini dalam menggambarkan belas kasihan sang ayah, rasa sayang dan simpati yang sangat mendalam, perasaan yang dipendamnya terhadap anak yang hilang namun sudah bertobat dan kembali.
Atas dasar penghayatan seperti inilah dia dapat menjelaskan secara baik dan penuh kasih ketika anak sulungnya protes atau bisa juga disebut ngambek ataupun iri atas perlakuan ayahnya yang dianggapnya tidak adil terhadap dirinya. Goalnya semua baik karena ayah yang super ( superdad ). Apa yang ia takutkan ternyata tidak terjadi. Sejak ia masih jauh dari rumah, bapanya sudah melihat kedatangannya dan segera berlari, merangkul dan menciumnya. Terlihat sekali bahwa ayah itu selalu menunggu anaknya pulang. Ia begitu rindu dengan anaknya, hingga ia mengubur masa lampau, rela merendahkan dirinya dengan berlari menyambut anak itu, dan tidak menghukum anak itu. as anak la mencium anaknya sebagai lambang kasih dan pengampunan at bungsunya itu ( 2 Sam 14 : 33 ). Adegan ini dapat kita temui pula pada kitab Kejadian 33:4, yakni dalam pertemuan Esau dan Yakub. Esau tidak mengingat- ingat lagi kesalahan Yakub, dan memilih untuk mengampuni Yakub. Tindakan si ayah yang berlari menjemput anaknya ini mungkin juga untuk melindunginya dari amukan warga kampung yang pastinya menganggap anak ini tidak pantas lagi untuk kembali ke rumah ayahnya. Ayahnya itu tak pernah memutuskan relasi dengan anaknya itu, meskipun jelas secara hukum, anaknya itu sudah memutuskan hubungan dengan keluarganya, Ayah itu kemudian menyuruh hamba-hambanya untuk memberi anak itu jubah yang terbaik, cincin, sepatu, dan untuk menyembelih anak lembu tambun. Pemberian jubah ini menaikkan kembali harkat anak itu menjadi seseorang yang terhormat. Sedangkan pemberian cincin menunjukkan bahwa anak itu mendapatkan 'kembali kepercayaan, kedudukan dan wibawanya. Pemberian sepatu menunjukkan pengakuan bagi si bungsu sebagai orang merdeka. Dengan melakukan penyembelihan lembu, ayah itu mengadakan pesta bagi seluruh kampung agar anaknya diterima lagi oleh para tetangga-tetangganya, dan agar mereka juga merasakan sukacitanya atas kembalinya si anak bungsu. Kasih bapa kepada anaknya tiada terkira, bapa yang mau memaafkan tanpa mengingat-ngingat kesalahan anaknya. Demikian juga Allah Bapa kita yang selalu mengasihi anak-anaknya yang mau mengaku salah dan kembali kepada Bapa.
III. APLIKASI
Dalam perumpamaan ini ada tiga tokoh utama, yakni si bungsu, si sulung dan ayah mereka. Ayah mereka adalah gambaran dari Bapa kita yang ada di surga, yang begitu pemurah, penuh kasih, dan memberikan kebebasan untuk anak-anaknya. Ini terlihat dari kerelaannya untuk memenuhi permintaan anak bungsunya, yakni membagikan hartanya, meskipun ia masih hidup. Si sulung dianggap sebagai gambaran orang farisi dan ahli taurat yang taat pada hukum taurat dan selalu menjaga kesucian diri mereka. Sedangkan si bungsu dianggap sebagai para pemungut cukai dan pendosa yang dianggap sebagai kelompok tak bermoral, tak beragama dan harus dijauhi karena dipandang sebagai perusak hukum. Itulah mengapa orang farisi dan ahli taurat mengkritik Yesus yang mau bergaul dan menerima para pemungut cukai dan pendosa. Atau mungkin juga mereka merasa iri karena Yesus sangat memperhatikan para pendosa, dan bukan memperhatikan mereka yang hidupnya suci.
Harus disadari bahwa pusat perhatian perumpamaan ini bukan hanya sebatas orang farisi atau orang berdosa saja, namun bagi kita semua. Banyak dari kita yang sedang dalam posisi si anak bungsu, yang meminta hak kita dari Bapa, lalu pergi ke negeri yang jauh, yakni menjauhkan diri dari Ala adalah lah dan memutuskan hubungan dengan keluarga kerajaan Allah. Orang berdosa seperti anak bungsu yang dengan memburu kesenangan dosa, memboroskan karunia-karunia yang diberikan oleh Allah. Ia kehilangan hidup yang benar dan sejati yang hanya dapat ditemukan dalam hubungan yang benar dengan Allah. Dapat dikatakan bahwa mereka sedang mengalami kematian rohani.
Mungkin juga kita sedang dalam posisi si anak sulung yang merasa diri benar, merasa diri dekat dengan Allah dan berhak mendapatkan keselamatan karena kesalehannya. Ini adalah bentuk kesombongan rohani yang menganggap bahwa orang yang berdosa harus dihukum dan tidak layak untuk diselamatkan. Anak sulung itu melambangkan orang yang kelihatannya secara lahiriah menaati perintah Allah, tetapi hati mereka terpisah dari Dia dan tujuan-Nya bagi kerajaan itu.
Anak bungsu itu jatuh miskin di negeri asing. Ini menunjukkan bahwa keadaan keterpisahan dari Allah akan berakibat kegagalan dan menjadi budak dosa. Namun setiap manusia dibekali dengan akan budi dan memiliki hati nurani yang mengarahkan pada yang baik dan mengingatkan jika telah melakukan perbuatan dosa. Kesadaran atas kesalahan dan penyesalan akan membawa kembali setiap pendosa kepada Allah asalkan disertai dengan keterbukaan dan kerendahan hati, serta kesediaan untuk melakukan segala sesuatu yang dikehendaki Allah ( Luk 15:18-19 ).
Sikap sang ayah yang berlari menyambut anaknya, merangkul, dan mencium anaknya itu merupakan gambaran betapa besarnya kasih Allah kepada mereka yang telah berdosa dan meninggalkanNya. Kasihnya besar itu membuatNya selalu menunggu anaknya itu kembali kepadaNya. Dan kasihNya itu membuatnya mau merendahkan dirinya dengan mau berlari duluan untuk menyambut anakNya. Mengapa ayah itu tidak mencari anaknya seperti penggembala mencari domba yang hilang, dan perempuan yang mencari dirhamnya yang hilang? Ini sekali lagi karena Bapa memberi kebebasan bagi anaknya, juga karena anaknya itu memiliki akal budi dan perasaan, tidak seperti domba dan dirham, sehingga harusnya anaknya mengerti dan tahu batas, kapan ia harus bertobat dan kembali kepada Bapanya.
Bapa dalam perumpamaan ini memberikan segala hal kepada anak bungsunya bahkan mengadakan pesta untuk merayakan kedatangannya. orang berdosa dengan tulus hati memohon pengampunan Allah, maka Ketika Allah sudah siap menerima mereka dengan pengampunan, kasih, dan mengembalikan hak penuh sebagai anak Allah. Allah begitu bersukacita atas pertobatan orang yang berdosa. la ingin agar semua orang yang ada di dekatnya juga menerima kembali setiap orang berdosa yang bertobat. Sukacita surgawi akan terjadi karena satu orang yang bertobat (Luk 15:10).
Seperti ayah dalam perumpamaan ini yang tidak peduli dengan motivasi anaknya untuk pulang ke rumah, begitu juga Bapa yang hanya mementingkan keselamatan manusia dan tidak mengungkit-ungkit dosa-dosa yang telah dilakukan manusia dan menyakiti hati Bapa. Bapa tak pernah menutup pintu hatinya bagi anak-anakNya. Ia hanya ingin agar seluruh manusia ciptaanNya berbahagia akan keselamatan yang sudah dirancangnya bagi mereka.
Apakah kita selalu ingat bahwa Bapa senantiasa mengasihi kita tanpa syarat dan selalu menerima kita dalam hatinya apapun yang kita lakukan? Jika kita melakukan suatu dosa dan menyesalinya, Bapa begitu bahagia menyambut dan menerima kita kembali ke rumahNya. Meski kita merasa bahwa kita tak layak untuk kembali kepada Bapa, namun Bapa begitu merindukan kita untuk pulang kembali ke hatiNya. Dan karena kasih Bapa yang begitu besar telah dilimpahkan atas kita, maka kita pun harus mengasihi sesama manusia, apapun keadaannya.
IV. AKSI HUT
PERMATA GBKP menyiapkan aksi ( kue ulang tahun, ucapan selamat, kado, dll.) dalam rangka perayaan HUT Mamre
V. USULAN LAGU
- S'perti Bapa Sayang AnakNya ( KLIK JUDUL LAGU UNTUK MELIHAT LIRIK )
- JanjiMu S'perti Fajar Pagi Hari ( KLIK JUDUL LAGU UNTUK MELIHAT LIRIK )
- Sejauh Timur Dari Barat ( KLIK JUDUL LAGU UNTUK MELIHAT LIRIK )
Pdt. Seth Perangin-angin
Mohon Bantuan Subscribe dan Like Youtube Channel GBKP KM 8. Bujur
0 Response to "He Is My Superdad - HUT Mamre GBKP ( Bahan PA Permata 18 - 24 Agustus 2019 )"
Post a Comment